Setiap orang
pasti punya phobia terhadap sesuatu. Ya, kita pasti punya ketakutan akan suatu
hal, entah itu benda, kejadian, dan lain sebagainya. Hal yang ditakutkan semua
orang berbeda-beda, bahkan hal yang membuat seseorang takut belum tentu dianggap
menakutkan orang lain, itu tergantung dari diri kita. Tidak semua orang mau
mengakui phobia dalam dirinya, tapi selamilah dan renungkanlah, pasti ada satu
atau lebih hal yang kamu sangat takutkan, dan itu disebut phobia. So, apa
phobia-mu??
Saya akan
bercerita tentang phobia dalam diri saya, sesuatu yang membuat takut, bahkan
membuat saya bergidik hanya dengan membayangkannya. Saya phobia terhadap benda
tajam dan kecoa. Bukan tanpa sebab phobia tersebut, tentu ada asal usulnya.
Intip ceritanya berikut ini.
Sejak SD saya penggemar
film-film horor dan sadis, cerita ber-genre seperti itu selalu membawa sensasi
yang menantang. Sebut saja film-film berjudul: Saw, Texas Chainsaw Massacre, Apocalipto,
Slit Mouth Woman, Final Destination, Scream or Die dan lain sebagainya. Dalam
adegan-adegan film tersebut terdapat sisi psikopat si pemain menggunakan
benda-benda tajam, ada pula adegan-adegan sadis nonsensor seperti
kecelakaan-kecelakaan pada film final destination. Jujur saja ngeri setiap
melihatnya, tapi rasa penasaran ini bak mengalahkan segala rasa takut, saya
selalu ketagihan untuk memilih judul-judul ber-genre tersebut untuk ditonton. Tapi
semakin lama dampaknya mulai terasa, setiap usai melihat film tersebut, minimal
lima hari saya mengalami sulit tidur, bahkan saat sedang berbincang asik dengan
teman-teman atau melakukan aktivitas lain, adegan dalam film horor tersebut
selalu terbesit dan membuat saya tiba-tiba berdesir geli merasakan ada yang
meyayat bagian-bagian tubuh saya. Perasaan itu makin terbawa hingga akhirnya
saya memutuskan STOP berhenti melihat film-film dengan genre tersebut. Tapi
rupanya tak cukup sampai disitu, phobia ini terus terbawa, setiap melihat pisau,
silet, cutter, seng, kaca, penggaris tukang atau benda-benda tajam lain yang
digantung saya selalu bergidik dan memejamkan mata, rasanya benda-benda
tersebut siap menimpa dan meyayat-yayat bagian tubuh ini. Oh tidak! Menakutkan
memang, tapi meskipun begitu bukan berarti saya takut dengan peralatan dapur
dan tidak bisa memasak, selama benda-benda tajam tersebut tidak digantung dan
tidak dekat atau berada satu garis lurus horizontal dengan mata itu tidak jadi
masalah.
Beda halnya
dengan phobia terhadap kecoa. Hal ini baru dimulai ketika kuliah. Kost yang
saya tempati berbentuk “O” dengan taman ditengah-tengahnya, namun sayang taman
tersebut kurang dirawat pemilik kost sehingga banyak tikus dan kecoa
berkeliaran didalamnya. Pernah suatu hari saya dan teman-teman bergotong-royong
membersihkan taman, rupanya hal ini berhasil mengusir tikus dan kecoa. Tapi
rupanya hal itu tidak berlaku lama, untuk tikus ya memang berhasil, tapi tidak
untuk kecoa. Pada suatu ketika di musim hujan, saya sangat terkejut ketika dimalam
hari setelah mengarjakan PR membuka pintu kamar. Tampak ada beberapa kecoa
berkeliaran di taman bahkan ada yang mencapai teras saya sekitar lima buah,
langsung saja saya pukul menggunakan sandal dan sapu karena jijik, tapi
ternyata setelah saya amati (karena kondisi taman di malam hari agak gelap) ada
lebih dari 20 kecoa berkeliaran di taman dari yang ukuran sedang hingga besar,
saya hanya bisa tercengang dan secara sadis dan membabi buta membunuh
kecoa-kecoa tersebut bergantiang dengan semprotan baygon, sapu, sandal selama
tidak kurang dari setengah jam. Keesokan harinya saya melihat banyak sekali
kecoa mati berkeliaran di kost saya, saya merasa lega. Tapi setelah membuka
pintu kamar kost saya dibuat sangat kaget karena melihat ada tiga buah kecoa berjalan-jalan
di lantai, bahkan di kasur saya. OH MY GOD! Bahkan selama tiga hari kejadian
tersebut berulang mulai dari satu hingga tiga kecoa di kamar saya gan! Padahal
sudah pintu kamar dan jendela sudah dikunci rapat-rapat tidak ada lubang karena
ventilasi-pun ditutup dengan kain strimin. Tapi rupanya penderitaan saya tidak
berhenti sampai disitu, pertama ada satu sampai 2 kecoa yang berkeliaran di
kamar mandi saya (untung kamar mandi luar) tapi lama kelamaan dari celah-celah
semen kamar mandi muncul anak-anak kecoa, ukurannya kali ini mulai dari yang
super kecil seperti kepik hingga medium ada, jumlahnya ada ratusan baris
seperti semut di dinding!!!! Hoak banget gan!!! Belum lagi kecoa yang besar
yang tak ada habisnya meskipun sudah disemprot dengan baygon, hal itu yang
benar-benar membuat saya hopeless dan takut ke kamar mandi, sampai-sampai saya
numpang ke kamar mandi teman. Kejadian ini berlangsung kurang lebih seminggu
sampai akhirnya saya menyebar puluhan kapur barus di setiap sudut kamar mandi
dan semua kecoa itu pun pergi. Alhamdulillah. Hingga sekarang saya masih dalam
tahap sangat phobia dengan kecoa, tapi sudah mulai reda hingga dua minggu yang
lalu ketika saya tidur sehabis sholat subuh (hehe), setengah bermimpi ada yang
menggerayangi tubuh saya, butuh sekitar lima menit untuk sadar dan terbangun,
rupanya daritadi ada kecoa hitam besar yang menggerayangi tubuh saya (dan itu
bukan mimpi) mulai dari ujung rambut, bibir hingga saya terbangun telah
mencapai ujung kaki, O...MY....sudah tidak bisa berkata-kata lagi, sepertinya
sudah jelas sebabnya kenapa saya sangat benci dengan kecoa.
0 comments:
Posting Komentar