Pages

Ads 468x60px

Labels

Total Tayangan Halaman

Selasa, 25 Desember 2012

Mimpi Indah dari Kampung Pare




Foto saat di tugu alun-alun Pare
Pare merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Kediri, Jatim. Meski merupakan kecamatan, orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan “Kampung Pare” atau “Kampung Inggris”. Kampung ini memang terkenal dengan area les serta english camp yang murah, meriah, manjur bahkan hingga ke seluruh pelosok Indonesia.
.
Tepatnya liburan semester lalu (8 Juli 2012) saya dan sahabat saya, Devi mengisi liburan di Kampung Pare. Untuk menuju ke lokasi tidaklah sulit, dari statsiun Klaten kami naik kereta Kahuripan dengan tujuan statsiun Kediri, setibanya disana banyak tukang becak dan ojek yang berbondong-bondong menawarkan jasanya kepada kami, sebagian besar dari mereka sudah hafal bahwa penampilan seperti kami (membawa tas dan koper) biasanya akan menuju Pare. Meskipun jarak pos angkot sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi karena barang bawaan kami yang tidak memungkinkan untuk berjalan sendiri, maka kami memutuskan untuk naik becak menuju pos angkot (sekitar 10 menit). Setibanya di pos angkot rupanya ada banyak pendatang lain seperti kami yang juga masih awam terhadap Pare. Jarak menuju Kampung Pare sekitar 25km atau sekitar setengah jam bila ditempuh dengan angkot (kecepatan minimum, karena kelebihan muatan).
.
Setibanya disana pak sopir angkot mau berbaik hati mengantarkan kami menuju camp masing-masing, namun karena ada masalah dengan alamat camp Devi, maka kami terpaksa turun dan berjalan kaki hingga 1km, dengan bawaan yang demikian banyaknya tentu adalah sebuah perjuangan yang menguras tenaga. Saat itu saya transit dulu ke camp teman saya karena rencananya saya akan “on the spot” mencari camp. Bagi yang belum tahu, di Pare ada berbagai pilihan paket camp+les, camp saja, les saja, dan kost. Karena tujuan saya ke pare untuk memperdalam TOEFL, maka saya sengaja memilih camp dan tempat les yang berbeda agar bisa lebih leluasa memilih kualitas masing-masing lembaga, karena tiap lembaga biasanya memiliki spesialisasi pembelajaran yang berbeda-beda, misal: Conversation, TOEFL, Grammar, dan lain sebagainya.
.
Setelah menemani Devi registrasi ulang dan menemukan camp-nya di Marvelous Camp 5, maka tanpa menunda waktu kami segera menyewa sepeda dan mencari camp saya (dengan alamat yang sudah direkomendasikan teman lain), segera kami menemukan camp yang dimaksud yaitu Logico. Kemudian setelah saya membayar cash, dengan ditemani Devi kemudian saya mengangkut barang bawaan saya ke Logico. 
                                   

Foto saat di Candi Suworono
Di camp Logico, saya menemukan banyaaak sekali teman baru, teman-teman disini benar-benar beragam dari Sabang sampai Merauke. Teman sekamar saya sendiri ada dua orang, Eka dari Bandung dan Rani dari Malang, kami-pun berkenalan dan segera dapat berteman dengan akrab. Periode les saya dimulai pada tanggal 10 dan 11, meskipun keesokan harinya (tanggal 9) saya masih kosong, tapi niat saya untuk memulihkan rasa lelah rupanya harus ditunda dulu karena saya harus cek out untuk registrasi ulang di tempat les yang sudah saya booking beberapa minggu yang lalu. Saya mengambil TOEFL (Program 1 bulan) di Elfast, kelas TOEFL di Elfast memang wajib di-booking jauh-jauh hari karena memang kualitasnya yang tersohor sehingga bila mendaftar pada hari H kemungkinan besar akan kehabisan quota. Saat registrasi ulang selain menunjukkan bukti pembayaran juga untuk melihat penempatan kelas serta jam dimulainya kelas. Saya mendapat kelas terakhir yaitu C dengan jadwal tiga kali sehari (05.30-07.00, 10.00-11.30, 11.30-13.00) dari Senin s/d Jum’at. Mantab bukan??? Karena niat saya benar-benar belajar disana maka sela-sela jam saya manfaatkan untuk mengambil les lain, setelah menimbang-nimbang jadwal yang sesuai maka saya putuskan mengambil kelas English corner (Program 2 minggu) (Discussion class, Full conversation, No debate and No Presentation) di Elfast dengan jadwal dua kali sehari (07.00-08.30, 15.30-17.00) dari Senin s/d Jum’at.

Dengan jadwal yang sedemikian padat tentu saya harus banyak merubah daily routine terutama saat memasuki bulan puasa. Jadwal tidur menjadi sangat minim karena pada malam hari biasanya berbincang hingga larut dengan teman-teman camp, kemudian sahur pada pukul 03.00 dilanjutkan sholat subuh berjamaah hingga 04.20, setelah itu kadang sempat tidur sebentar, kadang juga tidak sempat karena jadwal les dimulai pukul 05.30. Air di Pare relatif lebih dingin dari tempat tinggal saya, Klaten sehingga saya membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk membiasakan diri dengan perubahan Daily routine, Weather and Fatigue.

Untuk camp saya, Logico, fasilitas didalamnya antara lain: tempat tidur besar (2-3 orang) 7 kamar mandi (untuk 20 penghuni), dapur dengan 1 kompor, dan tempat menjemur, selain itu adapula paket kelas malam yang dimulai pukul 19.30-21.00. Namun sayang, ketika memasuki bulan puasa maka kelas malam dihapuskan karena bertabrakan dengan jam sholat tarawih. Namun meskipun begitu, saya tetap merasa bersyukur memilih camp Logico karena kesolidan teman-teman didalamnya. Terutama pada bulan ramadhan atmosphere-nya sangat terasa, kami selalu sholat berjamaah, berangkat tarawih bersama-sama, tadarusan bersama-sama, hal tersebut merupakan Bulan Ramadhan yang tidak terlupakan bagi saya.

Dua minggu pertama menjalani les saya mulai merasakan perubahannya, orang baru, ilmu baru, tempat baru, rutinitas baru, semuanya nyaris baru. Dari dua kelas yang saya ikuti TOEFL dan English Corner, saya lebih dekat dengan teman-teman di kelas English Corner, mungkin karena jumlah murid kelas conversation yang relatif lebih sedikit daripada TOEFL, juga program pembelajaran yang banyak bertatap muka dengan sesama sehingga kami lebih mudah akrab. Bertepatan dengan bulan Ramadhan meskipun kami tidak sempat berwisata terlalu jauh, tapi kami sering mengadakan buka puasa bersama. Selain itu kami juga mengunjungi objek-objek wisata terdekat seperti Goa Surowono dan Alun-alun Pare.

Dua minggu terakhir, kelas English Corner yang merupakan program 2 mingguan telah berakhir, kemudian saya memilih untuk mendaftar kelas lain. Setelah menimbang-nimbang, saya menetapkan pilihan pada kelas Listening for TOEFL dan Grammar for TOEFL di GLOBAL-E, kelas tersebut saya pilih karena kemampuan TOEFL saya yang masih kurang adalah Listening dan Grammar. Kelas tersebut dimulai pukul 14.30-16.00, dilanjutkan 16.00-17.30. melalui program singkat ini kontan nilai TOEFL saya semakin meningkat. Kelas TOEFL di Elfast yang saya ambil mengadakan test TOEFL setiap dua hari sekali, pertama kali mengikuti test skor saya adalah 440 tapi syukur Alhamdulillah setelah melewati proses selama 1 bulan skor saya bisa meningkat hingga 505.

Awalnya Devi telah memesankan tiket kereta pulang pada tanggal 11 Agustus. Namun diluar dugaan, ternyata kelas kami rata-rata berakhir tanggal 7 Agustus. Satu persatu teman mulai meninggalkan kami, sangat sedih rasanya setelah satu bulan penuh bersama-sama tiba-tiba saja kami berpisah. Setelah menimban-nimbang, bila pulang tanggal 11 ternyata terlalu lama, lalu saya memutuskan untuk memajukan jadwal kereta menjadi tanggal 9. Pada tanggal 9 tepat pada tanggal kepulangan ternyata beberapa teman camp juga naik kereta yang sama dengan saya, Kahuripan. Untuk memudahkan perjalanan, maka kami menyewa angkot untuk dipakai bersama-sama menuju statsiun, meskipun biaya relatif lebih mahal, namun angkot yang disewa mau menjemput hingga ke camp kami dengan tepat waktu, sehingga kami tidak perlu repot-repot untuk berjalan dan menunggu.

Cerita ini mungkin hanya singkat dan tak seberapa dengan apa yang sebenarnya saya rasakan selama di Kampung Pare, mereka datang, kami menjadi sahabat yang sangat dekat, kemudian kami berpisah, kembali ke kota masing-masing. Ketika mengingat pengalaman selama di Pare seolah-olah hal tersebut merupakan kenangan yang tak pernah terlupakan, hal tersebut merupakan mimpi indah yang selalu terkemas dalam lubuk hati, terbingkai emas dalam cover berjudul “Mimpi Indah dari Kampung Pare”.
Foto bersama teman english-corner di salah satu ruang kelas Elfast













Beberapa tips dan info di Kampung Pare:
1.      Semua kelas di Pare dibuka setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulan.
2.      Bila di Pare, jangan lupa mengunjungi toko buku (depan  Office Mahesa) atau sebelum BEC. Disana  menjual aneka buku murah-murah mulai dari buku bahasa inggris hingga novel.
3.      Menu makan yang wajib dicoba: Soto lamongan (depan Wapo), Molen mini aneka rasa (samping toko al-amin), Wisata jamur (dekat alun-alun), Warung sumatra, aneka masakan padang tapi spesialis ikan (Jl Brawijaya), dan Ketan susu (samping warung penyetan Bu Titin)
4.      Recomended course: TOEFL (Elfast, Test), Conversation (Daffodils, Mr Bob), Grammar (Elfast, BEC)
5.      Hati-hati dalam memilih camp, semua camp berslogan “24 hours English Area”, tapi hanya sebagian kecil yang menerapkan english area.
6.      Objek wisata yang wajib dikunjungi: SLG (Simpang Lima Gumul), Pantai Sempu, Gunung Bromo, Goa dan Candi Surowono.
7.      Hal sepele yang dilupakan tapi wajib dibawa: Foto 3x4 untuk pencetakkan sertifikat, media penyimpanan eksternal dengan memori > 60 GB, karena disana dijamin akan mendapatkan banyak aplikasi-apliaksi bahasa inggris.


Biaya hidup kelas menengah di Pare selama 1 bulan (rincian ini buat orang yang lumayan boros, So jangan ditiru ya, hehee :P)



Train Ticket PP (2 x 35.000)
Rp.        70,000

Mini bus total
50,000

Pedicap
15,000

Camp
210,000

Courses


     TOEFL (1 month)
210,000

     Eng-corner (2 week)
100,000

     Listening for Toefl (2 week)
100,000

     Grammar for Toefl (2 week)
100,000

Bicycle rent
80,000

Loundry (4 x 2kg x 2.500)
20,000

Book and Novels


     Toefl preparation "Barron"
100,000

     Novels (2 x 15000)
30,000

Souvenir
50,000

Shopping (Clothes and Stuffs)
200,000

Meal n Bevarage (2 x 15.000, average)
450,000




TOTAL
Rp.  1,785,000

 

Be my Followers

Follow my Twitter

http://www.dreambingo.co.uk/