Pages

Ads 468x60px

Labels

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 19 Juni 2010

Perjuangkan Dirimu

PERJUANGKAN DIRIMU
 
Tak mau lagi aku percaya
Pada semua kasih sayangmu
Tak mau lagi aku tersentuh
Pada semua pengakuanmu

Kamu takkan mengerti rasa sakit ini
Kebohongan dari mulut manismu

Pergilah kau
Pergi dari hidupku
Bawalah semua rasa bersalahmu
Pergilah kau
Pergi dari hidupku
Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui

Tak mau lagi aku terjerat
Pada semua janji-janjimu
Tak mau lagi aku terkait
Pada semua permainanmu

Bertahun-tahun bersama
Kupercayaimu
Kubanggakan kamu
Berikan s’galanya
Aku tak mau lagi
( Sherina Munaf, Pergilah Kau )

Nyawa-nyawa itu menemani kita, hati itu pernah memeluk kita, namun langkah yang dilalui terlampau panjang, suatu saat, mereka akan memilih jalan diseberang, melepas jabat tangan, mengakhiri sebuah cerita...
Sebuah cerita baru yang mereka lisankan kini tak lagi hangat untuk dirasakan, yang bisa kita lakukan adalah menoleh jalan setapak dibelakang sekejap, lalu melanjutkan langkah dengan panorama baru yang disuguhkan,..
Langkah yang kita yakini akan berakhir di sebuah bukit surga meski sempat terhenti di gurun cadas..
Jabat tangan itu, milik kami dan mereka yang terdekat, kini semakin menjauh, dan membuat ceritanya masing-masing, tapi apa gunanya kita memiliki mata, hati, dan pikiran? Karena dengan mata yang tertuju ke depan, memastikan keberadaan sejuta senyum dihadapan kita....
Hati yang tanpa amarah, memastikan mereka baik-baik saja dengan tetap mendekap erat jabat tangan yang pernah terukir, namun juga diliputi rasa tulus ikhlas membukakan ruang baru serta keterbukaan di langkah selanjutnya...
Serta pikiran yang berdasar logika untuk memastikan semua terkoordinasi dengan baik, pikiran yang berakal untuk menentukan jalan setapak selanjutnya dan menutup ruang bagi paham-paham yang pernah menghentikan perjalanan...
Terlalu dini untuk masuk terjerumus kata hati, bila melawan arus diyakini dapat menuai cerita yang lebih baik, terlalu disayangkan untuk menghentikan langkah dan menikmati kepedihan hati, kita bisa menciptakan indahnya dunia harapan kita dan menjadikan kepedihan sebuah anugrah yang patut dirasakan. Tapi menjadi malaikat seperti itu hanya akan mempersempit ruang dan waktu, karena aku lebih memilih menjadi setan untuk menciptakan cerita yang tanpa kepedihan, melawan arus untuk tidak mundur selangkahpun menata hati, serta membuka lebar ruang untuk dunia baru tanpa membiarkan sedikitpun paham itu datang, karena paham itu sungguh indah bila kuikuti, namun dampaknya sungguh meyayat hati..
Dan karena aku telah bertarung dengan kepedihan hatiku, dan akulah pemenangnya......:)


0 comments:

Posting Komentar

 

Be my Followers

Follow my Twitter

http://www.dreambingo.co.uk/