Foto saat di tugu alun-alun Pare |
.
Tepatnya liburan
semester lalu (8 Juli 2012) saya dan sahabat saya, Devi mengisi liburan di
Kampung Pare. Untuk menuju ke lokasi tidaklah sulit, dari statsiun Klaten kami
naik kereta Kahuripan dengan tujuan statsiun Kediri, setibanya disana banyak
tukang becak dan ojek yang berbondong-bondong menawarkan jasanya kepada kami,
sebagian besar dari mereka sudah hafal bahwa penampilan seperti kami (membawa
tas dan koper) biasanya akan menuju Pare. Meskipun jarak pos angkot sebenarnya
tidak terlalu jauh, tapi karena barang bawaan kami yang tidak memungkinkan
untuk berjalan sendiri, maka kami memutuskan untuk naik becak menuju pos angkot
(sekitar 10 menit). Setibanya di pos angkot rupanya ada banyak pendatang lain
seperti kami yang juga masih awam terhadap Pare. Jarak menuju Kampung Pare
sekitar 25km atau sekitar setengah jam bila ditempuh dengan angkot (kecepatan
minimum, karena kelebihan muatan).
.
.
Setibanya disana
pak sopir angkot mau berbaik hati mengantarkan kami menuju camp masing-masing,
namun karena ada masalah dengan alamat camp Devi, maka kami terpaksa turun dan
berjalan kaki hingga 1km, dengan bawaan yang demikian banyaknya tentu adalah
sebuah perjuangan yang menguras tenaga. Saat itu saya transit dulu ke camp
teman saya karena rencananya saya akan “on the spot” mencari camp. Bagi yang
belum tahu, di Pare ada berbagai pilihan paket camp+les, camp saja, les saja,
dan kost. Karena tujuan saya ke pare untuk memperdalam TOEFL, maka saya sengaja
memilih camp dan tempat les yang berbeda agar bisa lebih leluasa memilih
kualitas masing-masing lembaga, karena tiap lembaga biasanya memiliki
spesialisasi pembelajaran yang berbeda-beda, misal: Conversation, TOEFL,
Grammar, dan lain sebagainya.
.
.
Setelah menemani
Devi registrasi ulang dan menemukan camp-nya di Marvelous Camp 5, maka tanpa menunda waktu kami segera menyewa
sepeda dan mencari camp saya (dengan alamat yang sudah direkomendasikan teman
lain), segera kami menemukan camp yang dimaksud yaitu Logico. Kemudian setelah saya membayar cash, dengan ditemani Devi
kemudian saya mengangkut barang bawaan saya ke Logico.
Foto saat di Candi Suworono |
Di camp Logico, saya menemukan banyaaak sekali
teman baru, teman-teman disini benar-benar beragam dari Sabang sampai Merauke.
Teman sekamar saya sendiri ada dua orang, Eka dari Bandung dan Rani dari
Malang, kami-pun berkenalan dan segera dapat berteman dengan akrab. Periode les
saya dimulai pada tanggal 10 dan 11, meskipun keesokan harinya (tanggal 9) saya
masih kosong, tapi niat saya untuk memulihkan rasa lelah rupanya harus ditunda
dulu karena saya harus cek out untuk registrasi ulang di tempat les yang sudah
saya booking beberapa minggu yang lalu. Saya mengambil TOEFL (Program 1 bulan) di
Elfast, kelas TOEFL di Elfast memang wajib di-booking
jauh-jauh hari karena memang kualitasnya yang tersohor sehingga bila mendaftar
pada hari H kemungkinan besar akan kehabisan quota. Saat registrasi ulang
selain menunjukkan bukti pembayaran juga untuk melihat penempatan kelas serta
jam dimulainya kelas. Saya mendapat kelas terakhir yaitu C dengan jadwal tiga
kali sehari (05.30-07.00, 10.00-11.30, 11.30-13.00) dari Senin s/d Jum’at.
Mantab bukan??? Karena niat saya benar-benar belajar disana maka sela-sela jam
saya manfaatkan untuk mengambil les lain, setelah menimbang-nimbang jadwal yang
sesuai maka saya putuskan mengambil kelas English corner (Program 2 minggu) (Discussion
class, Full conversation, No debate and No Presentation) di Elfast dengan jadwal dua kali sehari
(07.00-08.30, 15.30-17.00) dari Senin s/d Jum’at.
Dengan jadwal yang sedemikian padat tentu saya harus banyak merubah daily routine terutama saat memasuki bulan puasa. Jadwal tidur menjadi sangat minim karena pada malam hari biasanya berbincang hingga larut dengan teman-teman camp, kemudian sahur pada pukul 03.00 dilanjutkan sholat subuh berjamaah hingga 04.20, setelah itu kadang sempat tidur sebentar, kadang juga tidak sempat karena jadwal les dimulai pukul 05.30. Air di Pare relatif lebih dingin dari tempat tinggal saya, Klaten sehingga saya membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk membiasakan diri dengan perubahan Daily routine, Weather and Fatigue.
Untuk camp saya, Logico, fasilitas didalamnya antara lain: tempat tidur besar (2-3 orang) 7 kamar mandi (untuk 20 penghuni), dapur dengan 1 kompor, dan tempat menjemur, selain itu adapula paket kelas malam yang dimulai pukul 19.30-21.00. Namun sayang, ketika memasuki bulan puasa maka kelas malam dihapuskan karena bertabrakan dengan jam sholat tarawih. Namun meskipun begitu, saya tetap merasa bersyukur memilih camp Logico karena kesolidan teman-teman didalamnya. Terutama pada bulan ramadhan atmosphere-nya sangat terasa, kami selalu sholat berjamaah, berangkat tarawih bersama-sama, tadarusan bersama-sama, hal tersebut merupakan Bulan Ramadhan yang tidak terlupakan bagi saya.
Dua minggu pertama menjalani les saya mulai merasakan perubahannya, orang baru, ilmu baru, tempat baru, rutinitas baru, semuanya nyaris baru. Dari dua kelas yang saya ikuti TOEFL dan English Corner, saya lebih dekat dengan teman-teman di kelas English Corner, mungkin karena jumlah murid kelas conversation yang relatif lebih sedikit daripada TOEFL, juga program pembelajaran yang banyak bertatap muka dengan sesama sehingga kami lebih mudah akrab. Bertepatan dengan bulan Ramadhan meskipun kami tidak sempat berwisata terlalu jauh, tapi kami sering mengadakan buka puasa bersama. Selain itu kami juga mengunjungi objek-objek wisata terdekat seperti Goa Surowono dan Alun-alun Pare.
Dua minggu terakhir, kelas English Corner yang merupakan program 2 mingguan telah berakhir, kemudian saya memilih untuk mendaftar kelas lain. Setelah menimbang-nimbang, saya menetapkan pilihan pada kelas Listening for TOEFL dan Grammar for TOEFL di GLOBAL-E, kelas tersebut saya pilih karena kemampuan TOEFL saya yang masih kurang adalah Listening dan Grammar. Kelas tersebut dimulai pukul 14.30-16.00, dilanjutkan 16.00-17.30. melalui program singkat ini kontan nilai TOEFL saya semakin meningkat. Kelas TOEFL di Elfast yang saya ambil mengadakan test TOEFL setiap dua hari sekali, pertama kali mengikuti test skor saya adalah 440 tapi syukur Alhamdulillah setelah melewati proses selama 1 bulan skor saya bisa meningkat hingga 505.
Awalnya Devi telah memesankan tiket kereta pulang pada tanggal 11 Agustus. Namun diluar dugaan, ternyata kelas kami rata-rata berakhir tanggal 7 Agustus. Satu persatu teman mulai meninggalkan kami, sangat sedih rasanya setelah satu bulan penuh bersama-sama tiba-tiba saja kami berpisah. Setelah menimban-nimbang, bila pulang tanggal 11 ternyata terlalu lama, lalu saya memutuskan untuk memajukan jadwal kereta menjadi tanggal 9. Pada tanggal 9 tepat pada tanggal kepulangan ternyata beberapa teman camp juga naik kereta yang sama dengan saya, Kahuripan. Untuk memudahkan perjalanan, maka kami menyewa angkot untuk dipakai bersama-sama menuju statsiun, meskipun biaya relatif lebih mahal, namun angkot yang disewa mau menjemput hingga ke camp kami dengan tepat waktu, sehingga kami tidak perlu repot-repot untuk berjalan dan menunggu.
Cerita ini mungkin hanya singkat dan tak seberapa dengan apa yang sebenarnya saya rasakan selama di Kampung Pare, mereka datang, kami menjadi sahabat yang sangat dekat, kemudian kami berpisah, kembali ke kota masing-masing. Ketika mengingat pengalaman selama di Pare seolah-olah hal tersebut merupakan kenangan yang tak pernah terlupakan, hal tersebut merupakan mimpi indah yang selalu terkemas dalam lubuk hati, terbingkai emas dalam cover berjudul “Mimpi Indah dari Kampung Pare”.
Foto bersama teman english-corner di salah satu ruang kelas Elfast |
Beberapa tips dan info di Kampung Pare:
1.
Semua kelas di Pare dibuka setiap tanggal 10 dan
25 setiap bulan.
2.
Bila di Pare, jangan lupa mengunjungi toko buku
(depan Office Mahesa) atau sebelum BEC.
Disana menjual aneka buku murah-murah mulai dari buku bahasa inggris hingga
novel.
3.
Menu makan yang wajib dicoba: Soto lamongan
(depan Wapo), Molen mini aneka rasa (samping toko al-amin), Wisata jamur (dekat
alun-alun), Warung sumatra, aneka masakan padang tapi spesialis ikan (Jl
Brawijaya), dan Ketan susu (samping warung penyetan Bu Titin)
4.
Recomended course: TOEFL (Elfast, Test),
Conversation (Daffodils, Mr Bob), Grammar (Elfast, BEC)
5.
Hati-hati dalam memilih camp, semua camp
berslogan “24 hours English Area”, tapi hanya sebagian kecil yang menerapkan
english area.
6.
Objek wisata yang wajib dikunjungi: SLG (Simpang
Lima Gumul), Pantai Sempu, Gunung Bromo, Goa dan Candi Surowono.
7.
Hal sepele yang dilupakan tapi wajib dibawa:
Foto 3x4 untuk pencetakkan sertifikat, media penyimpanan eksternal dengan
memori > 60 GB, karena disana dijamin akan mendapatkan banyak
aplikasi-apliaksi bahasa inggris.
Biaya hidup kelas
menengah di Pare selama 1 bulan (rincian ini buat orang yang lumayan boros, So
jangan ditiru ya, hehee :P)
|
||
Train Ticket PP (2 x 35.000)
|
Rp. 70,000
|
|
Mini bus total
|
50,000
|
|
Pedicap
|
15,000
|
|
Camp
|
210,000
|
|
Courses
|
||
TOEFL (1 month)
|
210,000
|
|
Eng-corner (2 week)
|
100,000
|
|
Listening for Toefl
(2 week)
|
100,000
|
|
Grammar for Toefl (2
week)
|
100,000
|
|
Bicycle rent
|
80,000
|
|
Loundry (4 x 2kg x 2.500)
|
20,000
|
|
Book and Novels
|
||
Toefl preparation
"Barron"
|
100,000
|
|
Novels (2 x 15000)
|
30,000
|
|
Souvenir
|
50,000
|
|
Shopping (Clothes and Stuffs)
|
200,000
|
|
Meal n Bevarage (2 x 15.000, average)
|
450,000
|
|
TOTAL
|
Rp. 1,785,000
|